Tapi saya kembali nyengir-nyengir kecut waktu pagi ini, sabtu 06 Juni 09 saya melongok keluar rumah untuk sekedar melihat-lihat sekalian kalo ada bubur ayam. WAK WAW!!!..sebuah panggung berukuran lumanyun (lumayan) besar sudah membelakangi rumah saya. iya pembaca..membelakangi rumah saya dan salah satu sound tembak (sound besar) nya mengarah ke samping rumah. Yak ..itulah realitas kehidupan bertatangga disini, Toleransi yang memang harus dibayar mahal dgn mendengarkan hingar bingar musik dangdut berkekuatan besar dengan adrenaline ekstra tinggi yg akan dimulai (biasanya) pukul 13.00 dan berakhir pkl 02.00. Toleransi yg harus membuat saya memastikan anak saya tdk kaget-kagetan mendengar dentuman bass dan gendang atau teriakan biduan-biduan yg gemar sekali bertereak 'yaaaaaaaaaaaa...gimanaaaa
Mungkin sebagian teman-tean ada yang ketawa membaca deskripsi situasi diatas sambil mikir 'gile..si Nandi apal betul ama seluk beluk dangdut'. Yap, saya lumayan hapal dengan lika liku situasi musik Dangdut, karena selama 3 tahun saya tinggal di sini hampir setiap weekend (jumat,Sabtu) selalu terdengar sayup-sayup musik dangdut yg dibawa oleh angin masuk ke rumah saya dan tertangkap oleh telinga saya, kalau untuk di kampung saya sendiri setidaknya setiap musim kawin (kata orang) yaitu bulan Syawal, setelah lebaran Haji atau pertengahan tahun seperti saat ini selalu ada pagelaran Dangdut.
yang menyedihkan sebenarnya adalah kadang-kadang pagelaran ini diisi dengan aksi-aksi berlebihan dari biduan dangdut dgn gerakan-gerakan erotisnya, teriakan-teriakan 'jorok'nya, pakaian biduan nya yg membuat saya malu-malu kepingin melihat tapi malu tapi ingin tapi malu hehe..
Diatas itu semua yang menjadi keprihatinan saya adalah pagelaran yg menurut saya seharusnya dimasukan ke kategori BB 17+ ini disaksikan juga oleh anak-anak dan remaja tanggung yg seharusnya blum boleh menyaksikan ke'jorokan' tadi. Dan pagelaran ini juga dilakukan dekat dgn Masjid sehingga seakan ada ironis ketika melihat aksi mereka di panggung lalu kita melihat Masjid yg kita tahu bersama bahwa Islam sama sekali tdk setuju dgn hura-hura, mengumbar aurat dan minuman keras (yg satu ini wajib ada di dangdutan). Dan hampir seluruh warga disini, termasuk saya adalah Islam.
itulah Cirendeu tercinta, kampung saya yang membuat saya akan selalu ekstra hati-hati mengawasi perkembanga anak-anak saya nanti, Kampung sya tercinta yang selalu membut saya tertawa kecil di setiap akhir pekan, kampung saya yang mulai dipenuhi oleh TON HOS (town house), kampung saya yang sangat lantang menyuarakan Adzan, kampung saya yang mampu menjadikan Dangdut sebagai Tuan rumah di negerinya sendiri. Selamat menikmati Dangdutan teman-teman ..(seraya berfikir mengungsi kemana malam ini)
-cirendeu 07 06 09-
No comments:
Post a Comment